Tag Archives: hikmah

> KISAH DUA PASIEN

31 Mar

“…(maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya” (An Nisa:19)

Penggalan ayat di atas megilhami saya untuk berbagi cerita tentang sesuatu hal dimana Allah benar-benar telah memperlihatkan kesempurnaan skenarioNya atas hambaNya.

Diawali sekitar dua minggu yang lalu saat saya sedang dinas sore (saya bekerja di sebuah rumah sakit swasta). Saat itu di unit saya bekerja (kamar bersalin) memang sedang adem ayem. Hanya ada dua pasien. Pasien pertama adalah seorang ibu yang sedang hamil anak pertama dengan usia kehamilan yang sudah aterm1 (saat itu usia kehamilannya menginjak 38 minggu). Pasien kedua adalah seorang ibu yang sedang hamil anak kedua dengan usia kehamilan ± 16 minggu (4 bulan). Nah, untuk lebih jelasnya saya akan ceritakan satu-persatu kisah kedua ibu di atas, yang pada akhirnya akan dapat ditarik satu nilai hikmah yang sangat berharga.

Pasien pertama yang sedang hamil aterm ini sebenarnya datang bukan untuk bersalin. Tetapi sedang observasi kondisi janin yang dikandungnya. Bermula ketika pagi hari dia merasakan gerakan janin berkurang  salut untuk ibu ini yang sdemikian mampu memahami perbuahan perilaku pada janinnya). Karena khawatir terjadi apa-apa (bertepatan pula dengan jadwal kontrol kehamilan), maka si ibu segera periksa di poli kandungan RS saya bekerja pagi itu juga. Berdasarkan keluhan yang disampaikan maka dokter menyarankan untuk periksa CTG (cardiotocography)2. Hasil tes menunjukkan gambran denyut jantung janin yang kurang reaktif dan lebih rendah daripada range normalnya (120-160 kali per menit). Maka advis selanjutnya dari dokter adalah memberikan oksigen pada si ibu selama dua jam dan dianjurkan ibu tersebut untuk tidur dengan posisi miring ke kiri (sejatinya pemberian oksigen tersebut untuk menambah suplai oksigen untuk si janin). Selang dua jam kemudian, maka dilakukan pemeriksaan CTG ulang. Tapi gambaran CTG kedua ini masih kurang reaktif (meskipun kita sudah berusaha dua kali membangunkan si janin dengan membunyikan bel yang ditempel pada perut si ibu). Gambaran denyut janung janin masih saja minim variasi grafik, bahkan cenderung ada penurunan grafik. Hasil CTG yang kedua ini kita konsulkan kembali (via telpon karena kebetulan dokter yang bersangkutan telah selesai jam prakteknya ). Intruksi dokter untuk sementara adalah memasang kembali oksigen untuk si ibu. Selanjutnya dokter akan datang untuk melihat hasil gambaran CTG tersebut. Bisa dibayangkan si ibu mulai merasa jenuh karena sejak pagi sampai menjelang sore dia terjebak di rumah sakit akibat observasi mendadak itu. Mungkin dia tidak pernah membayangkan sebelumnya bakal akan selama itu di RS hanya untuk kontrol kehamilan.

Menjelang maghrib dokter yang ditunggu-tunggu datang juga. Beliau memperhatikan hasil rekaman gambaran CTG. Sekilas terlihat ekspresi gundah dari wajah sang dokter. Beliau pun mulai menjelaskan panjang lebar hingga sampai pada kesimpulan bahwa harus segera dilakukan tindakan untuk melahirkan sang janin dengan jalan operasi Caesar karena terjadi indikasi gawat janin. Betapa terkejutnya si ibu mendengar kesimpulan sang dokter. Terlihat air mata mulai meleleh dari pelupuk mata si ibu. Mungkin sedih mengetahui kondisi janinnya yng kurang bagus di dalam rahimnya. Namun ada hal lain yang turut mengusiknya. Ternyata si ibu tersebut benar-benar tidak siap menerima keputusan harus operasi. Bagaimanapun dia ingin mersakan melahirkan secara normal. Saya sangat memahami perasaannya. Siapa yang tidak shock jika pada awalnya datang ke RS hanya untuk kontrol kehamilan rutin tapi ternyata berujung dengan keputusan untuk segera melahirkan bayinya dengan cara operasi? Si ibu mulai merasa menyesali kedatangannya yang tergesa-gesa untuk memeriksakan kehamilannya. Namun setelah dijelaskan panjang lebar mulai kenapa harus operasi yang dipilih sebagai jalan yang terbaik (kondisi janin yang kurang bagus merupakan kontra indikasi dilakukan induksi persalinan) sampai kemungkinan terburuk untuk menunda persalinan yaitu kondisi bayinya yang mungkin akan semakin memburuk (bukan dalam hitungan hari tapi bisa dalam hitungan jam bahkan menit) akhirnya si ibu dan suaminya setuju dilakukan tindakan operasi. Saat itu yang bisa saya lakukan adalah memberikan support pada si ibu. Berulang-ulang saya katakan ini adalah kehendakNya. Apapun itu sebenarnya adalah yang terbaik. Allah jika memang berkehendak yang terbaik maka akan tetap terjadi. Allah jika memang menghendaki si bayi tersebut harus diselamatkan, maka akan selamat. Jika saja si ibu tidak segera memeriksakan kehamilannya maka segala kemungkinan buruk bisa terjadi. Kondisi bayinya yang mulai kurang bagus di dalam rahim, bisa-bisa berujung si bayi mengalami IUFD (intra uterine fetal death)3. Wallahu ‘alam…

Selanjutnya adalah kisah singkat pasien kedua yang sedang hamil 16 minggu. Pasien tersebut direncanakan curet karena kehamilannya didiagnosa mengalami kematian mudigah. Si ibu tersebut dan suaminya terlihat sedih menerima kenyataan ini. Karena ini memang kehamilan yang sudah direncanakan. Seandainya jika boleh mereka protes kepada Allah, maka pertanyaan yang mungkin akan diajukan oleh pasangan ini adalah “Mengapa ya Allah kami harus mengalami ini? Mengapa Engkau tega menakdirkan ini untuk kami, sementara kami sudah sangat mengharapkan amanahMu?” tapi kita tidak tahu apa hikmah dibalik semua peristiwa. Setelah menjalani serangkaian induksi, akhirnya si janin lahir juga. Betapa terkejutnya pasangan ini, bukan karena janin mereka yang ternyata kembar  yang membuat mereka terkejut. Tapi kondisi janin yang menempel satu sama lain di bagian perut itulah yang membuat mereka terkejut dan sayup-sayup mulai bersyukur setelahnya. Ya Allah, seandainya kehamilan itu terus berlangsung hingga melahirkan betapa semakin berat untuk menerima kenyataan tersebut? Melihat kedua buah hati yang kita cintai terlahir dengan kondisi perut menempel satu sama lain? Betapa buah hati tersebut mungkin akan lebih menderita dalam menjalani hari-harin selanjutnya? Nah, seandainya kita dalam posisi sebagai pasangan ini masihkah kita menyalahkan Allah atas peristiwa tersebut?

Selalu terucap tasbih, tahmid, takbir dari mulut ini jika mendapati peristiwa-peristiwa yang demikian. Betapa penuh takjub diri ini menyadari betapa sempurna skenarioNya? Betapa saya selalu diingatkan untuk tidak menilai sesuatu dari satu sudut pandang saja? Yang terlihat buruk untuk kita sebenarnya mungkin justru yang terbaik untuk kita. Sungguh di sekeliling kita banyak peristiwa kecil yang mempunyai makna besar. Sungguh Allah benar-benar Yang Maha Tahu apa-apa yang terbaik bagi hambaNya.

1 suatu masa dimana usia kehamilan dinyatakan sudah cukup matang (38-40 minggu)

2 suatu pemeriksaan untuk merekam denyut jantung janin dan mendeteksi kontraksi dalam kehamilan

3 kematian janin dalam kandungan